Selasa, 30 November 2010

wayang



WAYANG

Dalam bahasa Jawa, WAYANG berarti “ BAYANGAN “ / “ WEWAYANGAN “(SHADOW ).Dan jikaditinjau dari arti filsafatnya “WAYANG”diartikan sebagai Bayangan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dalam jiwa manusia.
Wayang tercipta karena adanya pikiran dan imajinasi manusia untuk menggambarkan ROH nenek moyang pada saat itu ( jaman NEOLITHIKUM )di Nusantara ( Indonesia ).Dan dipergunakan untuk upacara-upacara tertentu. Wayang timbul diperkirakan pada tahun 1500 SM, sebelum masuknya ajaran HINDHUISME ke Nusantara.
Sampai pada awal berdirinya kerajaan Demak, wayang banyak mengalami perubahan dalam penyempurnaan pada tahun 1437 M. Dan mengalami penyempurnaan lagi pada awal berdirinya kerajaan Mataram Islam, seperti yang terlihat sampai sekarang.
Wayang itu sendiri terkandung beberapa segi aspek seni didalamnya, antara lain:
1.Seni Tari
2.Seni Rupa  
3.Seni Drama/teater
4.Seni Musik
5.Seni Sastra
6.Seni Suara. 
7.Seni Kriya / pahat
Dari ke 7 segi itu akan nampak jelas pada saat wayang dimainkan dalam suatu pertunjukan.Pada tahun 2003 dan November 2005 , Badan Dunia UNESCO telah menetapkan seni wayang sebagai salah satu dari 90 mahakarya seni dunia.
Wayang tidak hanya dinikmati oleh orang jawa (Indonesia)saja, tapi juga diminati dan digemari oleh orang-orang Asing manca negara.
Bahkan dari segi bentuk wayang tradisional ( klasik)-pun ,oleh imajinasi Seniman dikreasi menjadi seni KONTEMPORER,dan tetap pada ciri khas dari Klasik-nya. danmenambah khasanah seni wayang yang adilihung.
Dan kreasi dari seni wayang kontemporer dapat dilihat di….

KURAWA


KURAWA


Korawa atau Kaurawa (Sansekerta: kaurava) adalah kelompok antagonis dalam wiracarita Mahabharata. Nama Korawa secara umum berarti “keturunan Kuru”. Kuru adalah nama seorang Maharaja yang merupakan keturunan Bharata, dan menurunkan tokoh-tokoh besar dalam wiracarita Mahabharata. Korawa adalah musuh bebuyutan para Pandawa. Jumlah mereka adalah seratus dan merupakan putra prabu Dretarastra ( prabu Kuru )yang buta dan permaisurinya, Dewi Gandari.

Pengertian

Istilah Korawa yang digunakan dalam Mahabharata memiliki dua pengertian:

Arti luas: Korawa merujuk kepada seluruh keturunan Kuru. Dalam pengertian ini, Pandawa juga termasuk Korawa, dan kadangkala disebut demikian dalam Mahabharata, khususnya pada beberapa bagian awal.

Arti sempit: Korawa merujuk kepada garis keturunan Kuru yang lebih tua. Istilah ini hanya terbatas untuk anak-anak Dretarastra, sebab ia merupakan keturunan yang tertua dalam garis keturunan Kuru. Istilah ini tidak mencakup anak-anak Pandu, yang mendirikan garis keturunan baru, yaitu para Pandawa.

Riwayat singkat

Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Gandari, istri Dretarastra, menginginkan seratus putera. Kemudian Gandari memohon kepada Byasa, seorang pertapa sakti, dan beliau mengabulkannya. Gandari menjadi hamil, namun setelah lama ia mengandung, puteranya belum juga lahir. Ia menjadi cemburu kepada Kunti yang sudah memberikan Pandu tiga orang putera. Gandari menjadi frustasi kemudian memukul-mukul kandungannya. Setelah melalui masa persalinan, yang lahir dari rahimnya hanyalah segumpal daging. Byasa kemudian memotong-motong daging tersebut menjadi seratus bagian dan memasukkannya ke dalam guci, yang kemudian ditanam ke dalam tanah selama satu tahun. Setelah satu tahun, guci tersebut dibuka kembali dan dari dalam setiap guci, munculah bayi laki-laki. Yang pertama muncul adalah Duryodana, diiringi oleh Dursasana, dan saudaranya yang lain.

Seluruh putera-putera Dretarastra tumbuh menjadi pria yang gagah-gagah. Mereka memiliki saudara bernama Pandawa, yaitu kelima putera Pandu, saudara tiri ayah mereka. Meskipun mereka bersaudara, Duryodana yang merupakan saudara tertua para Korawa, selalu merasa cemburu terhadap Pandawa, terutama Yudistira yang hendak dicalonkan menjadi raja di Hastinapura. Perselisihan pun timbul dan memuncak pada sebuah pertempuran akbar di Kurukshetra.

Setelah pertarungan ganas berlangsung selama delapan belas hari, seratus putera Dretarastra gugur, termasuk cucu-cucunya, kecuali Yuyutsu, putera Dretarastra yang lahir dari seorang dayang-dayang. Yang terakhir gugur dalam pertempuran tersebut adalah Duryodana, saudara tertua para Korawa. Sebelumnya, adiknya yang bernama Dursasana yang gugur di tangan Bima. Yuyutsu adalah satu-satunya putera Dretarastra yang selamat dari pertarungan ganas di Kurukshetra karena memihak para Pandawa dan ia melanjutkan garis keturunan ayahnya, serta membuatkan upacara bagi para leluhurnya.

Para Korawa

Berikut ini nama-nama seratus Korawa yang dibedakan menjadi dua versi, versi India dan versi Indonesia. Kedua Korawa utama yaitu Suyodana alias Duryodana dan Dursasana disebut lebih dahulu. Kemudian yang lain disebut menurut urutan abjad. Versi India

Duryodana (Duryodhana)

Dursasana (Dussāsana)

Abaya (Abhaya)

Adityaketu (Ādithyakethu)

Alalupa (Alolupa)

Amapramadi (Amapramādhy)

Anadrusya (Anādhrushya)

Antudara (Anthudara)

Anuwinda (Anuvindha)

Aparajita (Aparājitha)

Ayubahu (Ayobāhu)

Bahwasi (Bahwāsy)

Bilawardana (Belavardhana)

Bimabala (Bhīmabela)

Bimawiga (Bhīmavega)

Bimawikra (Bhīmavikra)

Carucitra (Chāruchithra)

Citra (Chithra)

Citrabana (Chithrabāna)

Citraksa (Chithrāksha)

Citrakundala (Chithrakundala)

Citrakundhala (Chithrakundhala)

Citranga (Chithrāmga)

Citrawarma (Chithravarma)

Citrayuda (Chithrāyudha)

Danurdara (Dhanurdhara)

Dirkabahu (Dhīrkhabāhu)

Dirkaroma (Dīrkharoma)

Dredahasta (Dridhahastha)

Dredakarmawu (Dhridhakarmāvu)

Dredaksatra (Dridhakshathra)

Dredaratasyara (Dhridharathāsraya)

Dredasanda (Dridhasandha)

Dredawarma (Dridhavarma)

Duradara (Durādhara)

Durdarsa (Durdharsha)

Durmada (Durmada)

Durmarsana (Durmarshana)

Durmuka (Durmukha)

Dursaha (Dussaha)

Dursala (Dussala)

Durwigaha (Durvigāha)

Durwimuca (Durvimocha)

Duskarna (Dushkarna)

Dusparaja (Dushparāja)

Duspradarsa (Dushpradharsha)

Jalaganda (Jalagandha)

Jarasanda (Jarāsandha)

Kancanadwaja (Kānchanadhwaja)

Karna (Karna)

Kawaci (Kavachy)

Kradana (Kradhana)

Kundabedi (Kundhabhedy)

Kundadara (Kundhādhara)

Kundase (Kundhasāi)

Kundasi (Kundhāsy)

Kundi (Kundhy)

Mahabahu (Mahabāhu)

Mahodara (Mahodara)

Nagadata (Nāgadatha)

Nanda (Nanda)

Nisamgi (Nishamgy)

Pasi (Pāsy)

Pramada (Pramadha)

Sadasuwaka (Sadāsuvāk)

Saha (Saha)

Sala (Sala)

Sama (Sama)

Sarasana (Sarāsana)

Satwa (Sathwa)

Satyasanda (Sathyasandha)

Senani (Senāny)

Somakirti (Somakīrthy)

Subahu (Subāhu)

Suhasta (Suhastha)

Sujata (Sujātha)

Sulocana (Sulochana)

Sunaba (Sunābha)

Susena (Sushena)

Suwarca (Suvarcha)

Suwarma (Suvarma)

Suwiryaba (Suvīryavā)

Ugrase (Ugrasāi)

Ugrasena (Ugrasena)

Ugrasrawas (Ugrasravas)

Ugrayuda (Ugrāyudha)

Upacitra (Upachithra)

Upananda (Upananda)

Urnanaba (Ūrnanābha)

Walaki (Vālaky)

Watawiga (Vāthavega)

Wikarna (Vikarna)

Wikatinanda (Vikatinanda)

Winda (Vindha)

Wirabahu (Vīrabāhu)

Wirajasa (Virajass)

Wirawi (Virāvy)

Wisalaksa (Visālāksha)

Wiwitsu (Vivilsu)

Wrendaraka (Vrindāraka)

Yuyutsu (Yuyulssu) *

Dusila (Dussila) *

Versi Indonesia

Duryodana (Suyodana)

Dursasana (Duhsasana)

Abaswa

Adityaketu

Alobha

Anadhresya (Hanyadresya)

Anudhara (Hanudhara)

Anuradha

Anuwinda (Anuwenda)

Aparajita

Aswaketu

Bahwasi (Balaki)

Balawardana

Bhagadatta (Bogadenta)

Bima

Bimabala

Bimadewa

Bimarata (Bimaratha)

Carucitra

Citradharma

Citrakala

Citraksa

Citrakunda

Citralaksya

Citrangga

Citrasanda

Citrasraya

Citrawarman

Dharpasandha

Dhreksetra

Dirgaroma

Dirghabahu

Dirghacitra

Dredhahasta

Dredhawarman

Dredhayuda

Dretapara

Duhpradharsana

Duhsa

Duhsah

Durbalaki

Durbharata

Durdharsa

Durmada

Durmarsana

Durmukha

Durwimocana

Duskarna

Dusparajaya

Duspramana

Hayabahu

Jalasandha

Jarasanda

Jayawikata

Kanakadhwaja

Kanakayu

Karna

Kawacin

Krathana (Kratana)

Kundabhedi

Kundadhara

Mahabahu

Mahacitra

Nandaka

Pandikunda

Prabhata

Pramathi

Rodrakarma (Rudrakarman)

Sala

Sama

Satwa

Satyasanda

Senani

Sokarti

Subahu

Sudatra

Suddha (Korawa)

Sugrama

Suhasta

Sukasananda

Sulokacitra

Surasakti

Tandasraya

Ugra

Ugrasena

Ugrasrayi

Ugrayudha

Upacitra

Upanandaka

Urnanaba

Wedha

Wicitrihatana

Wikala

Wikatanana

Winda

Wirabahu

Wirada

Wisakti

Wiwitsu (Yuyutsu)

Wyudoru (Wiyudarus)

Istimewa:

Yuyutsu adalah putra Dretarastra dari seorang dayang-dayang.

Dursila adalah adik perempuan Korawa. Ia satu-satunya wanita di antara para Korawa.

Korawa lainnya

Para Korawa (putera Dretarastra) yang utama berjumlah seratus, namun mereka masih mempunyai saudara dan saudari pula. Yaitu Yuyutsu, yaitu anak Dretarastra tetapi lain ibu, ibunya seorang wanita waisya. Kemudian dari Dewi Gandari, lahir seorang putra lagi bernama Duskampana dan seorang putri bernama Dursila (atau Duççyla atau Dussila).

Referensi

Nama-nama tokoh para Korawa versi Indonesia diambil dari:

I Gusti Putu Phalgunadi, 1900, Âdi Parva. The First Book. New Delhi: International Academy of Indian Culture and Aditya Prakashan, halaman 186-189. (Phalgunadi menerbitkan ulang teks Jawa Kuna Adiparwa yang pernah diterbitkan, namun kali ini disertai dengan terjemahan dalam bahasa Inggris. Nama-nama tokoh Korawa di dalam naskah yang digunakan Phalgunadi tidak lengkap, dan kadang-kadang berbeda dengan nama dalam Mahabharata dari India yang memakai bahasa Sansekerta. Kemudian oleh Phalgunadi dilengkapi dengan nama-nama yang ia dapatkan dari Mahabharata versi Sansekerta